Senin, 19 Maret 2018

Sebuah Perjalanan Untuk Mengingat Part II

Setelah di jemput sekitar jam 11 an malam di depan My Studio Hotel dan langsung berkenalan dengan supir juga peserta lain yang ikutan paket wisata tersebut, ada Mba Dewi, Cik Mey beserta 2 keponakan lelakinya. Menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, sampai lah kami di Tongas-Probolinggo dan berganti mobil Jeep 4WD serta bersiap memakai jaket, sarung tangan juga kupluk. Perjalanan dari Tongas berlanjut menuju Penanjakan (Sunrise View Point) dengan memakan waktu kurang lebih 2 jam, sekitar jam 3 dini hari sampai di penanjakan yang ternyata sudah ramai sekali karena bertepatan dengan hari libur, tidak hanya turis lokal tetapi turis mancanegara juga cukup ramai yang juga ingin menyaksikan sunrise di Bromo. Buat yang pertama kali datang ke sini harus benar benar prepare jaket tebal karena udaranya super duper dingin dan berangin, dan ada beberapa penjual minuman hangat juga cemilan di sini beserta penyewaan jaket dan juga tikar.

Akhirnya setelah menunggu sekitar hampir 2 jam berpeluk dingin nya udara gunung, rasa lelah juga ngantuk hilang semua begitu melihat salah satu Mahakarya Allah SWT, Sunrise di Gunung Bromo! MasyaAllah...indah dan membuat kita berpikir betapa kecilnya manusia jika dibandingkan dengan alam semesta ini. Dari sini kita bisa melihat Gunung Batok, Gunung Bromo Juga Gunung Semeru. Setelah puas melihat matahari terbit sekaligus swafoto kami turun menuju hamparan pasir berbisik sekaligus menuju Gunung Bromo masih menggunakan mobil Jeep 4WD, tetapi sebelumnya sarapan dulu karena ada beberapa pilihan sarapan di sini seperti aneka bubur plus bakso yang murah meriah...ya lumayan untuk ganjel perut yang laper di tengah dingin nya udara. Untuk menuju gunung Bromo ada 2 alternatif, pertama adalah berjalan kaki menempuh waktu kurang lebih 30 menit dan kedua menyewa kuda dengan kisaran harga 100-150 ribu per-orang (kita harus pinter nawar, apalagi kalo orangnya rame).



Setelah sarapan kami memilih menyewa kuda untuk 5 orang dan masing masing bayar 100k. Menyewa kuda di pilih karena pasir yang lumayan tebel jadi membuat langkah lebih berat serta pasir yang beterbangan akibat ditiup angin membuat mata perih. Menaiki kuda sekitar 10 menitan yang melintasi medan yang lumayan curam akhirnya sampai juga di bawah anak tangga untuk menuju puncak Gunung Bromo. Berhubung hari itu rame banget jadi harus bergantian menaiki tangga tersebut, dan buat yang gak sabar beberapa menaiki lereng gunung untuk sampai di puncak. Dari sini Gunung Batok terlihat jelas karena bersisian dengan Gunung Bromo, sementara ke Gunung Semeru dibutuhkan waktu 1 jam lagi.




 
Detik-detik sunrise 

Matahari terbit


 
Gunung Batok 

Setelah menaiki bebrapa puluh anak tangga sembari berdesak-desakan, akhirnya sampai di puncak Gunung Bromo dan bisa melihat kawahnya. Jika ingin menaiki puncak Gunung Bromo dan melihat kawahnya, wajib berhati-hati ya, apalagi kalo rame pengunjung...karena besi pembatas yang ada di pinggir puncak Gunung Bromo sudah mulai kropos dan semennya sudah mulai terangkat, so be careful. Buat yang takut ketinggian harus berpikir 2x buat naik, karena selain besi pembatas yang mulai kropos, suara dari kawah gunung juga serem ha ha...



Kawah Gunung Bromo

Perjalanan selanjutnya menuju padang savana yang ada di Bukit Teletubbies dengan menggunakan Jeep 4WD dan masih melewati padang pasir yang tebal, di sarankan tidak menggunakan sepeda motor karena tebalnya hamparan pasir yang ada. Begitu sampai akan disambut dengan indahnya pemandangan bukit bukit hijau sejauh mata memandang. Melihat pemandangan ini seperti yang ada di negara Eropa, bukit bukit menjulang dipayungi awan-awan putih bersih. Puas berfoto-foto kami akhirnya kembali menaiki Jeep kembali ke Tongas-Probolinggo untuk makan siang yang sudah disiapkan oleh pihak Jatim Travel.

 



 

Padang Savana di Bukit Teletubbies


Setelah puas makan dan bersih bersih akibat debu dan pasir selama ada di Gunung Bromo tadi, kami kembali menempuh perjalanan ke Surabaya.

10 September 2017.



Kamis, 07 Desember 2017

#PuisiSenja

Senja tempias di ujung jingga
Seumpama biasnya asa,
Ah...andai rasa tak hanya bekas
Adakah kita kan berbalas.

#Iseng

Ada apa dengan Aku, Kamu, Jarak dan Doa?

Ada aku
Ada kamu,

Dengan jarak
Dan (ber) doa.



Rabu, 15 November 2017

Sebuah Perjalanan Untuk Mengingat

Sabtu, 09 September 2017
Lokasi    : SSK II Airport PKU-Juanda Airport SUB-My Studio                      Hotel-Stasiun Gubeng-Pakuwon Food Festival-Tongas
            Probolingo-Gunung Bromo
Cita-cita : Solo Traveler

Yeah, its time! Pagi-pagi udah ada di ruang tunggu bandara buat menunggu keberangkatan pesawat Lion JT 983 tujuan Pekanbaru-Surabaya, berangkat jam 08.30 dengan perjalanan selama 2 jam 30 menit, estimasi jam 11.00 wib sampai di Surabaya.

Sebenarnya rada khawatir beli tiket Lion, ya...semua juga tau dengan jadwal delay yang bisa memakan waktu beberapa jam, tapi demi jadwal yang sudah disusun begitu juga paket tour, tiket kereta api juga hotel, maka berdoa semoga gak delay dan kalau pun delay ya ikhlas aja deh. Lagi pula emang sengaja beli tiket dengan budget kecil, karena anggarannya maksimal 1,5 juta pp...makanya bener-bener hunting tiket pesawat dengan harga 700 ribuan one way nya ha ha...ini adalah efek pas Citilink lagi promo di bulan Agustus gak langsung beli tiketnya, padahal harga nya 600 ribuan untuk sekali jalan. But its ok lah, trial and error.

Selama di ruang tunggu sembari ngemil verina risoles, karena emang gak sempet sarapan, dalam hati berdoa semoga gak delay...jadi ada cukup waktu untuk istirahat sebelum jam 11 malam di jemput untuk tour ke Gunung Bromo. Alhamdulillah banget pesawatnya on time jam 08.30 wib pesawat sudah take off, ternyata lumayan rame penumpangnya, walapun gak terisi semua ya paling gak 90% kursi terisi.

Sepanjang perjalanan pengen tidur nyenyak efek kurang tidur demi packing gak terlalu bawa banyak barang, karena jadi solo traveler gak mau ribet dan seminim mungkin bawa barang he he...tapi ternyata tetep aja gak bisa tidur nyenyak, mungkin efek terlalu excited mau traveling jadi gak sabar mau sampe di Surabaya. Jam 11 siang akhirnya JT 983 landing di Bandara Juanda dengan selamat (Alhamdulillah Ya Allah), dengan udara yang sama dengan Pekanbaru (karena lagi musim kemarau) jadi gak terlalu terkejut dengan panasnya kota Surabaya. Walaupun sampai di Bandara Juanda on time, tapi ternyata nunggu bagasinya lumayan lama, kurang lebih setengah jam baru conveyor nya jalan dan mengeluarkan bagasi penumpang.

Akhirnya selesai ambil koper (aku cuma bawa 1 buah koper ukuran sedang, 1 tas kamera dan 1 tas kain) langsung cari taksi karena Grab gak boleh bawa penumpang dari Bandara (dimana-mana hampir sama peraturannya). Tanya sama petugas Bandara cari taksi dimana, sama bapaknya diarahkan ke Agen taksi yang ada di sebelahnya, Agen taksi memberi harga 150 ribu, aku tawar 100 ribu he he tapi Agen nya tetep kukuh gak mau kurang, akhirnya disepakati 120 ribu. Kemudian dianter ke taksi nya berupa mobil Avanza (Taksi di Jawa rata-rata mobilnya begini kalo gak Avanza/Xenia, Inova dll). Dan yang bikin kesel, ketika sudah masuk mobil supir taksinya kasih semacam tiket gitu dan tertera harga 130 ribu, aku langsung protes dong, kenapa naik 10 ribu? Supirnya bilang saya di kasih harganya segitu dari Agen nya tadi, ya udah lah, udah di jalan juga gak mungkin balik lagi ke Bandara untuk protes.

Perjalanan di tempuh selama kurang lebih 40 menitan, karena Bandara Juanda itu berada di Kabupaten Sidoarjo jadi lumayan jauh menuju kota Surabaya, melewati tol dan juga komplek industri Rungkut. Supirnya ramah dan menawarkan rental atau sewa mobil kalo mau jalan-jalan seputar Surabaya atau bahkan keluar kota seperti Malang. Awalnya cukup berminat rental mobilnya untuk city tour Surabaya, tetapi ketika di perjalanan supirnya bilang bahwa ongkos taksi menjadi 150 ribu rupiah (dari harga 130 ribu), itu termasuk dengan ongkos tol, parkir dan biaya taksi tadi. Kaget dengan harga segitu dalam hati dongkol bin kesel banget "percuma aja nawar dari 150 ribu jadi 120 ribu, kalo ujung-ujungnya tetep harus bayar 150 ribu" bukan masalah penambahan 10 ribu dan biaya tol juga parkirnya, tetapi dari awal mereka gak jujur bilang, itu yang bikin gondok. Padahal dari beberapa artikel yang pernah di baca ongkos taksi dari Juanda ke Stasiun Gubneg sekitar 100 ribu, gak tau juga apa karena orang baru atau emang udah naik ongkosnya.

Sekitar jam setengah 1 an sampai di My Studio Hotel yang ada di Jl.Sumatera No.20 Surabaya, ini semacam capsule hotel buat backpacker dengan harga murah dan tempat tidur bertingkat, serta gabung dengan penghuni lainnya. Per-malam harganya sekitar 100 ribuan (tergantung beli nya di situs online mana)dan aku langsung extend 1 malam lagi karena ada perubahan jadwal berangkat ke Malang. Setelah check in dan di kasih 1 lembar handuk, 2 botol air mineral, serta 1 kartu loker (untuk loker ini dikenakan deposit 100 ribu, akan dikembalikan uangnya ketika check out)langsung menuju dormitory di lantai 2, begitu masuk liat keadaan di dalamnya ternyata cukup rame, dan hanya 2-3 tempat tidur yang kosong. Disini untuk 1 dormitory (ruangan) penghuninya ada cewek, cowok bahkan ada yang berpasangan, tetapi setiap tempat tidur ada penutupnya semacam tirai yang bisa di tarik turun. 

Dengan nuansa abu-abu dan hitam, buat aku kalo cuma untuk transit/singgah sebentar gak masalah, walaupun hanya ada 1 kamar mandi untuk setiap lantainya, walapun harus toleransi untuk gak berisik karena 1 ruangan penghuninya rame, walaupun sarapannya cuma roti tawar dengan selai green tea dan blueberry juga teh dan kopi, walaupun lebih mirip kos-kosan tapi serunya adalah bisa dapet teman teman baru di tempat yang masih asing, bisa bertukar cerita dan tertawa bersama.


Ini kamar tipe Double Studio (www.mystudiohotel.com)

Ini kamar tipe Single Studio (www.mystudiohotel.com)

Setelah mandi dan bongkar koper, waktunya untuk reschedule tiket kereta api ke Malang yang sedianya berangkat hari Minggu tanggal 10 September 2017, menjadi hari Senin tanggal 11 September 2017. Dengan berbekal petunjuk dari petugas hotel ke arah mana menuju Stasiun Gubeng yang emang bisa di tempuh dengan berjalan kaki (ini salah satu alasan memilih menginap di My Studio Hotel), setelah melewati 2 lampu merah (traffic light di sini di sebut perempatan ruwet Hanamasa, melintasi jalur kereta api yang rame dilalui, sampe di daerah Pasar belok kiri dan tinggal lurus aja sampe deh di Stasiun Gubeng (setelah sempat bertanya juga he he). 

Sesampainya di Stasiun Gubeng yang rame banget sama penumpang juga calon penumpang, aku langsung menuju Customer Service untuk merubah jadwal tiket dan di kenakan biaya 25% dari harga tiket, prosesnya gak lama, jadi setelah dapet print an tiket yang baru langsung bayar biaya perubahannya di loket no 1, dan selesai deh. Setelah urusan tiket kereta api selesai, waktunya cari makan...di luar Stasiun Gubeng banyak warung-warung makan dengan beragam pilihan, dan pilihan jatuh sama bakso (makanan favorit seumur hidup ha ha)nama warung nya "Bakso Dino" berhubung sepertinya ada beberapa orang yang sedang makan, ya udah akhirnya niatkan hati untuk makan, walau pun awalnya sedikit skeptis dengan kondisi warung yang kecil hanya ada 1 meja panjang yang nempel di dinding, dan ada 2 lagi meja ukuran 1 meteran serta beberapa kursi plastik, tapi berhubung udah laper (dari Pekanbaru cuma sarapan 2 risoles yang di beli di bandara)akhirnya pesen bakso dengan mi kuning dan yang bikin amazed adalah aneka bakso atau pentolannya yang beragam (khas bakso/bakwan Malang)jadi sedikit kalap sebenarnya, ada bakso kecil/besar, siomay goreng/rebus,tahu bakso juga bakso goreng. 

Akhirnya semangkok bakso dateng dengan isian mie kuning, pentol bakso 4, siomay rebus 1, siomay goreng 1, bakso goreng 1 plus es teh poci cuma kena Rp 13.000,- (muraaahhh...dan enak). Next time kalo ke Surabaya kudu mampir ke sini lagi kayak nya, karena masih pengen ke Gili Labak atau ke mendaki Gunung Semeru. Setelah kenyang dan urusan tiket kereta selesai, balik ke hotel dengan rute yang sama, langsung istirahat dan mencoba tidur karena nanti malam langsung di jemput untuk berangkat ke Gunung Bromo (tetap gak bisa tidur nyenyak). 

Sebelum berangkat ke Bromo jam 11 malam, buka mbah Google buat cari rekomendasi tempat makan di Surabaya dan pilihan jatuh ke Pakuwon Food Festival, semacam food court tapi besar dan banyak banget pilihan, dengan parkiran luas, hiasan lampu-lampu yang cantik ketika malam hari,hiburan live music, serta tempat berkumpul beberapa komunitas, so wajar kalo di Pakuwon Foodfest ini selalu rame walaupun letaknya cukup jauh dari pusat kota, tepatnya di Jalan Kejawan Putih Tambak Surabaya Timur (melewati kampus ITS). Untuk pilihan menu nya beragam mulai dari Lontong Balap, Tahu Campur, Bakso, Nasi Bakar, Sate, Ayam Penyet, Chinese Food, Steak, Hamburger, Spaghetti dll Begitu juga dengan pilihan minuman serta cemilan yang beragam, jadi silahkan berkeliling hingga puas dan kenyang (tetapi buat yang muslim harus lebih selektif memilih makanan, karena disini juga banyak yang menjual makanan non-halal). Pakuwon Food Festival ini buka dari jam 5 sore hingga jam 12 malam, walaupun lumayan jauh aku pake Grab Bike pp jadi ya lumayan hemat ongkosnya.

 (image by Pegipegi.com)

(image by mapio.net)

Balik ke hotel kemudian sempet nyantai dan ngobrol dengan teman 1 ruangan (doormitory) yang kebetulan lagi nyantai di lobi. Dan akhirnya sekitar jam 11 an malam, tim dari Jatim Travel (Mas Dino) langsung ngejemput di depan hotel, (to be continue)










Sabtu, 08 Juli 2017

Jika Tidak

Jika tidak,
Angkatlah asa itu darinya, agar ia tak lagi ber-rasa.
Sebab rasa harus dikecap berdua.

Jika tidak,
Ringankan bebannya, sebab ia pun berhak meminta.
Agar ia punya kita-nya

Jika tidak,
Mungkin bahunya tak mampu, kala badai kian mengganggu

Jika tidak,
Mungkin hatinya tak rapuh, meski dingin kian menyapu

Jika tidak,
Ia berhak, ya ia pun berhak-tak hanya sepihak.

Jika tidak,
Rapalan doa penebus salah.
Entah kalah atau mengalah.

July 082017


Jumat, 23 Oktober 2015

#Just Writing

Pekanbaru, 23 Oktober 2015

Berapa kali senja terlewati, berapa banyak jingga tereliminasi kelam...berupaya tetap menanti meski letih, berusaha terus meniti malam, kadang jatuh pun tak ayal meski sekedar berhayal.

Terlihat (seperti) secercah asa, dan mulai terbiasa...ketika kuasaNya bekerja, ternyata semu semata. Banyak cara Ia tunjukkan, menjawab rapalan doa, memperbaiki untaian asa jelma nyata.

to be continue....

Selasa, 10 Februari 2015

#Lovely February

On Feb, 2015

Bulan ke dua di tahun 2015 dan bulan dengan hari terpendek di kalender...banyak hal yang terjadi dan membuat hal yang tak terniatkan jadi terpikirkan dan semoga terwujudkan, dimudahkan langkahnya serta dilancarkan niatnya, amin.

Di bulan ini juga pada hari ke 23, dimana usia kian berkurang dan semoga pembelajaran hidup kian bertambah, semoga juga semakin diberkahi, dimurahkan dan dilebihkan rejekinya, diberi kesehatan yang baik, amin Ya Rabb.

Bulan ini juga semakin semangat nyobain resep baru nya, semakin semangat walau pun kadang gagal ha ha...but still love baking, so this is it....

 1.Roll Pastry isi daging (enak dimakan pas hangat, hot from the oven)


 2.Kastangels (yang ini rada manis dan kurang ngeju, karena adonan nastar yang di pake hi hi)


 3.Carrot Cakes (hangat lebih enak dan berasa manis jg wangi butter)


 4.Macaroni Schotel (1 cup kenyang banget, kudu pas laper nih makannya..tapi dibawa ke kantor laris manis..)

 5.Chocolate Waffles (sebelumnya udah pernah buat, tapi yang coklat lebih nyoklat binggo ha ha)


6.Soto Medan (first time! tapi emang suka, karena seger plus perkedelnya dipanggang..lebaran bakal buat ini nih karena ada yang request)


7.Japanese Roll Cake (motif zebra dan sempet dikira motif ular ha ha..isinya selai stroberi, butter cream plus irisan buah stroberi)

Nb: welcome home february.